Laman

22 Maret 2012

Defenisi dan Teori dalam Pragmatik serta Perbedaan Analisis Linguistik Struktural dengan Analisis Pragmatik


Kelompok 2 FKIP Universitas PGRI Palembang
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia
Mata Kuliah :  Pragmatik
Dosen Pengasuh : Prof. Dr. Hj. Ratu Wardarita, M.Pd / Achmad Sani Saidi, M.Pd
Judul Makalah : Defenisi dan Teori dalam Pragmatik serta Perbedaan Analisis Linguistik Struktural dengan Analisis Pragmatik


DEFENISI DAN TEORI DALAM PRAGMATIK SERTA PERBEDAAN ANALISIS LINGUISTIK STRUKTURAL DENGAN ANALISIS PRAGMATIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistic yang mempelajari bahasa secara eksternal, yaitu mengenai bagaimana penggunaan satuan kebahasaan didalam peristiwa komunikasi dimana makna yang dikaji ilmu pragmatik merupakan makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji penutur dalam pristiwa komunikasi.
Situasi tutur merupakan hal yang penting dalam ilmu pragmatik karena situasi tutur dapat mempengaruhi makna dari apa yang dituturkan oleh penutur,
Hal inilah yang membedakan ilmu pragmatik dengan cabang ilmu linguistic lainnya seperti sintaksis, morfologi, semantic dan sebagainya yang kajiannya bukan terhadap penuturan dari penutur melainkan lebih kepada makna, maksud dan tujuan serta komposisi-komposisi baku lainnya dalam wacana atau teks tertulis.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Pragmatik?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan situasi tutur?
1.2.3 Apa perbedaan analisis linguistic structural dengan analisis
               pragmatik?

1.3  Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud Pragmatik
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan situasi tutur
1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan analisis linguitik structural
        dengan analisis pragramatis

1.4  Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini yaitu :
1.4.1 Bagi mahasiswa, khususnya jurusan Bahasa Indonesia, makalah ini dapat dipakai pedoman dan referensi dalam memahami mata kuliah pragmatik
1.4.2 Bagi pembaca secara umum, makalah ini dapat digunakan sebagai penuntun dalam mendalami dan memandang bahasa sebagai tanda yang berhubungan dengan penggunaannya dalam konteks interaksi yang terjadi secara alami (maksud)


BAB II
PEMBAHASAN
1.1.Defenisi Pragmatik
Sebagai ilmu kajian bahasa, linguistik memiliki berbagai cabang ilmu, antara lain: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi merupakan cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk bunyi bahasa. Morfologi merupakan cabang linguistik yang mengkajiseluk-beluk morfem dan penggabungannya. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang mengkaji penggabungan satuan-satuan lingual berupa kata yang dapat membentuk satuan kebahasaan lebih besar, seperti: frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna satuan-satuan lingual, baik makna leksikal maupun gramatikal. Sedangkan pragmatik merupakan cabang linguistik yang mengkaji struktur bahasa secara eksternal, yakni penggunaan satuan kebahasaan dalam komunikasi.
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (http://dimasmadang.wordpress.com/definisi-pragmatik/), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu
1.      bidang yang mengkaji makna pembicara;
2.      bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya;
3.      bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan
4.      bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Sedangkan Thomas (http://dimasmadang.wordpress.com/definisi-pragmatik/) menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya, dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).
Leech (http://dimasmadang.wordpress.com20081124definisi-pragmatik) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.
Pendapat yang agak berbeda tentang pragmatik disampaikan oleh Morris (http://guru-umarbakri.blogspot.com/200905/kajian-bahasa.html) Pragmatik sebagai suatu kajian ilmu muncul dari pandangan Morris tentang semiotik, yaitu ilmu yang mempelajari sistem tanda atau lambang. Morris membagi semiotik ke dalam tiga cabang ilmu, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis mempelajari hubungan antara lambang dengan lambang lainnya, semantik mempelajari hubungan antara lambang dengan objeknya, dan pragmatik mempelajari hubungan antara lambang dengan penafsirnya.
Achmad Sani Saidi (2010:4) menyimpulkan dari definisi para ahli bahwa pragmatik adalah kajian tentang penggunaan atau menelaah makna bahasa yang berkaitan erat dengan unsure konteks peserta tutur.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala makna tuturan berdasarkan maksud penutur yang dihubungkan dengan aspek-aspek ilmu bahasa dan aspek-aspek nonbahasa. Aspek-aspek ini sangat mempengaruhi makna satuan bahasa, mulai dari kata sampai pada sebuah wacana.
1.2. Topik Pembahasan Dalam Pragmatik

Situasi Tutur
Ahmad Sani Saidi (2010:4) Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menaksirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran. Kancah yang dipelajari pragmatik ada empat yaitu :
1.      Dieksis.
Menurut KBBI deiksis diartikan sebagai hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk pronomina, ketakrifan, dan sebagainya. Hasan Alwi menyatakan deiksis adalah gejala semantik yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks pembicaraan (http://guru-umarbakri.blogspot.com/200905/belajar-pragmatik.html).
Kata saya, sini, sekarang, misalnya, tidak memiliki acuan yang tetap melainkan bervariasi tergantung pada berbagai hal. Acuan dari kata saya menjadi jelas setelah diketahui siapa yang mengucapkan kata itu. Kata sini memiliki rujukan yang nyata setelah di ketahui di mana kata itu di ucapkan. Demikian pula, kata sekarang ketika diketahui pula kapan kata itu diujarkan. Dengan demikian kata-kata di atas termasuk kata-kata yang deiktis. Berbeda halnya dengan kata-kata seperti meja, kursi, mobil, dan komputer. Siapapun yang mengatakan, di manapun, dan kapanpun, kata-kata tersebut memiliki acuan yang jelas dan tetap.
Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat “Saya mencintai dia”, informasi dari kata ganti “saya” dan “dia” hanya dapat di telusuri dari konteks ujaran. Ungkapan-ungkapan yang hanya diketahui hanya dari konteks ujaran itulah yang di sebut deiksis.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah kata-kata penutur yang hanya dapat ditafsirkan maknanya dengan melihat situasi dimana penutur melakukan pembicaraan
Menurut Levinson (http://guru-umarbakri.blogspot.com/200905/belajar-pragmatik.html) Deiksis dapat di bagi menjadi lima kategori, yaitu deiksis orang (persona), waktu (time), tempat (place), wacana (discourse), dan sosial (social). Deiksis orang berkenaan dengan penggunaan kata ganti persona, seperti saya (kata ganti persona pertama), kamu (kata ganti persona kedua). Contoh Bolehkah saya datang kerumahmu? Kata saya dan -mu dapat dipahami acuannya hanya apabila diketahui siapa yang mengucapkan kalimat itu, dan kepada siapa ujaran itu ditujukan.
a.       Deiksis waktu berkenaan dengan penggunaan keterangan waktu, seperti kemarin, hari ini, dan besok. Contoh, Bukankah besok hari libur? Kata besok memiliki rujukan yang jelas hanya apabila diketahui kapan kalimat itu diucapkan.
b.      Deiksis tempat berkenaan dengan penggunaan keterangan tempat, seperti di sini, di sana, dan di depan. Contoh duduklah di sini!. Kata di sini memiliki acuan yang jelas hanya apabila diketahui dimana kalimat itu diujarkan.
c.       Deiksis wacana berkaitan dengan penggunaan ungkapan dalam suatu ujaran untuk mengacu pada bagian dari ujaran yang mengandung ungkapan itu (termasuk ungkapan itu sendiri), seperti berikut ini, pada bagian lalu, dan ini. Contoh, kata that pada kalimat that was the funniest story ever heard. Penanda wacana yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lain. Seperti any way, by the way, dan di samping itu juga termasuk dalam deiksis wacana. Deiksis sosial berkenaan dengan aspek ujaran yang mencerrminkan realitas sosial tertentu pada saat ujaran itu dihasilkan. Penggunaan kata Bapak pada kalimat “Bapak dapat memberi kuliah hari ini?” Yang diucapkan oleh seorang mahasiswa kepada dosennya mencerminkan deiksis sosial. Dalam contoh di atas dapat diketahui tingkat sosial pembicara dan lawan bicara. Lawan bicara memiliki tingkat sosial yang lebih tinggi dari pada pembicara.

2.      Praanggapan (Presupposition)
Brown dan Yule (www.jurnallingua.com) Praanggapan adalah apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan; atau “What a speaker or writer assumes that the receiver of the missage alredy knows”. Asumsi tersebut ditentukan batas-batasannya berdasarkan anggapan-anggapan pembicara mengenai apa yang kemungkinan akan diterima oleh lawan bicara tanpa tantangan. Sebagai ilustrasi perhatikan percakapan di bawah ini:
A: bagaimana kalau kita mengundang jhon malam ini?
B: Waw!! Ide yang bagus; ia dapat memberikan tumpangan kepada
     Monica
Praanggapan yang terdapat dalam percakapan di atas antara lain adalah (1) Bahwa A dan B kenal dengan John dan Monica, (2) bahwa John memiliki kendaraan – kemungkinan besar mobil, dan (3) bahwa Monica tidak memiliki kendaraan saat ini.
Dari contoh di atas dipahami bahwa apabila suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna, yang tidak dinyatakan dengan pengucapan kalimat itu (umarbakri.blogspot.com/200905/belajar-pragmatik.html).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Praanggapan adalah anggapan-anggapan yang mungkin diterima oleh penyimak dari apa yang didengarnya melalui penutur.
3.      Tindak Tutur
Plat dan Plat mendefenisikan Tindak tutur sebagai suatu tuturan/ujaran yang merupakan satuan fungsional dalam komunikasi (jurnallingua.com). Kata-kata yang diungkapkan oleh pembicara memiliki dua jenis makna sekaligus, yaitu makna proposisional atau makna lokusi dan makna ilokusi. Makna lokusi adalah makna harfiah kata-kata yang terucap itu. Untuk memahami makna ini pendengar cukup melakukan decoding terhadap kata-kata tersebut dengan bekal pengetahuan gramatikal dan kosa kata. Makna ilokusi merupakan efek yang ditimbulkan oleh kata-kata yang diucapkan oleh pembicara kepada pendengar. Sebagai ilustrasi, dalam ungkapan “saya haus” makna lokusinya adalah pernyataan yang menggambarkan kondisi fisik pembicara bahwa Ia haus. Makna ilokusinya adalah efek yang diharapkan muncul dari pernyataan tersebut terhadap pendengar. Pernyataan tersebut barangkali dimaksudkan sebagai permintaan kepada pendengar untuk menyediakan minuman bagi pembicara.
Dari uraian di atas tampak bahwa tindak tutur (speech act) merupakan fungsi bahasa , yaitu tujuan digunakan bahasa, seperti untuk memuji, meminta maaf, memberi saran, dan mengundang. Fungsi-fungsi tersebut tidak dapat ditentukan hanya dari bentuk gramatikalnya, tetapi juga dari konteks digunakannya bahasa tersebut. Sebagai contoh, Kalimat deklaratif yang secara tradisional digunakan untuk membuat pernyataan  dapat digunakan untuk menyatakan permintaan atau perintah.
Oleh karena itu, dalam teori tindak tutur (speech act) dikenal istilah tindak tutur tidak langsung (indirect speech act), yaitu tindak tutur yang dikemukakan secara tidak langsung (www.jurnalingua.com). Contoh:
A: Kemarau nihhh!!!
B: Bu, saya haus
Kalimat (1) adalah contoh tindak tutur tidak langsung, dan kalimat (2) adalah kalimat contoh tindak tutur langsung. Dalam komunikasi sehari-hari, tindak tutur langsung sering dianggap lebih sopan dari pada tindak tutur langsung, terutama apabila berkaitan dengan permintaan dan penolakan.
4.      Implikatur Percapakan
Istilah implikatur dipakai oleh Grice untuk menerangkan apa yang mungkin di artikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur itu (www.jurnallingua.com).
Menurut Levinson (Sani Saidi, 2010:6) kami simpulkan bawha, implikatur percakapan merupakan penyimpangan dari muatan semantik suatu kalimat dengan menyederhanakan struktur dan isinya namun dapat menjelaskan fakta bahasa secara tepat.
Contoh :
A : Apa mobil sudah ada bu?
B : Bapak belum pulang kerja.
Dari contoh diatas kalimat A dan B tidak menunjukkan kaitan secara normalnya. Namun kedua pembicara sudah mengetahui bahwa jawaban yang disampaikan sudah cukup untuk menjawab pertanyaan pembicara pertama sebab ia tahu bahwa mobil masih dipakai Bapak bekerja dan artinya mobil belum ada dirumah.

1.3.Perbedaan Analisis Linguitik Struktural Dengan Analisis Pragmatik
Analisis linguistik struktural merupakan pengkajian suatu kalimat atau wacana dengan menjadikan bentuk-bentuk lingual tanpa mempertimbangkan situasi tutur sebagai dasar pengkajian, sehingga penganalisisannya bersifat formal.
 Kita ambil contoh kalimat/teks iklan Nasi Goreng Kokita dianalisis secara linguistik struktural, setidak-tidaknya akan diperoleh kesimpulan bahwa dalam teks iklan itu terdapat:
Regu tembak : Coba katakan, apa permintaan terakhirmu?
Tahanan : Nasi goreng Kokita.
Regu tembak dan tahanan : Hm!
1.      klausa interogatif-informatif, yaitu pada kalimat “Coba katakan, apa permintaan terakhirmu?” dengan penanda perintah “coba”, predikat “katakan”, kata Tanya “apa” sebagai predikat, dan subjeknya “permintaan terakhirmu”.
2.      kalimat jawaban, yaitu pada kalimat “Nasi goreng Kokita.” berupa frase nomina atributif yang menduduki fungsi predikat.
3.      kalimat minor, yaitu pada kalimat “Hm!” berupa kalimat seru yang terdiri atas interjeksi.
Bila diteruskan dengan menggunakan analisis gramatika secara formal, biasanya penganalisisan secara linguistik struktural itu akan dilanjutkan pada tataran subklausa, kata, dan morfem. Analisis formal seperti ini tidak akan menangkap maksud penulisan teks iklan tersebut, bila pendekatan pragmatik untuk melengkapinya tidak digunakan.
Sedangkan Analisis pragmatik merupakan pengkajian suatu kalimat atau wacana dengan mempertimbangkan situasi tutur yang dapat melahirkan kesimpulan tersirat dalam kalimat atau wacana tersebut. Analisis pragmatik ini dapat dilihat dalam wacana berupa teks iklan bumbu masak nasi goring Kokita berikut.
Regu tembak : Coba katakan, apa permintaan terakhirmu?
Tahanan : Nasi goreng Kokita.
Regu tembak dan tahanan : Hm! (Makan nasi goreng bersama-sama)
Dari teks iklan tersebut, secara analisis pragmatik diperoleh kesimpulan bahwa nasi goreng dengan bumbu masak Kokita sangat lezat. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan hasil perbandingan teks tersebut dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa, bila seorang tahanan yang akan menjalani eksekusi di depan regu tembak ditanyai tentang permitaan terakhirnya, maka jawaban yang disampaikannya adalah “Ingin bertemu dengan keluarga atau teman terdekat”. Namun, dalam teks iklan itu ternyata tahanan menjawab “Nasi goreng Kokita”.Hal ini menunjukkan bahwa, makan nasi goreng dengan bumbu masak Kokita dipandang lebih penting daripada bertemu dengan anak dan istri. Jadi dalam teks iklan itu diungkapkan secara tersirat bahwa, bumbu masak Kokita sangat lezat, sehingga dapat melupakan anak dan istri, serta kedudukan dan kewajiban regu tembak terlupakan karena ikut menikmati nasi goreng dengan bumbu masak Kokita yang diminta tahanannya. Dengan demikian, jawaban “Nasi goreng Kokita” yang diungkapkan tahanan, bukanlah sekedar informasi biasa, tetapi merupakan informasi yang memiliki daya persuasi yang kuat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa perbedaan antara Analisis Linguistik dan Analisis Pragmatik adalah terletak pada aspek analisisnya. Jika pada analisis linguistic struktur yang dikaji adalah aspek yang berhubungan dengan struktur kebahasaanya (fonologi, sintaksis, semanttik, morfologi) sedangkan pada kajian pragmatik yang dikaji adalah situasi tutur yang dapat menimbulkan makna sebenarnya secara tidak langsung.
 
BAB III
KESIMPULAN

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala makna tuturan berdasarkan maksud penutur yang dihubungkan dengan aspek-aspek ilmu bahasa dan aspek-aspek nonbahasa. Aspek-aspek ini sangat mempengaruhi makna satuan bahasa, mulai dari kata sampai pada sebuah wacana.
Dalam pembahasannya ada 4 kancah yang dipelajari dalam ilmu pragmatik yaitu : Deiksi, Praanggapan, Tindak Ujar dan Implikatur Percakapan.
Perbedaan antara Analisis Linguistik dan Analisis Pragmatik adalah terletak pada aspek analisisnya. Jika pada analisis linguistic struktur yang dikaji adalah aspek yang berhubungan dengan struktur kebahasaanya (fonologi, sintaksis, semanttik, morfologi) sedangkan pada kajian pragmatik yang dikaji adalah situasi tutur yang dapat menimbulkan makna sebenarnya secara tidak langsung melalui keempat kancah yang dibahas dalam ilmu pragmatik ini.
Daftar Pustaka

Dimas. Defenisi Pragmantik, (online) , (http://dimasmadang.wordpress.com/definisi-pragmatik/) diakses 2 Maret 2012
Sani Saidi, Achmad. 2010. Bahan Ajar Pragmatik. Palembang: Universitas PGRI Palembang
________, Belajar Pragmatik, (online), (http://guru-umarbakri.blogspot.com/200906/belajar-pragmatik.html), diakses 2 Maret 2012
Kamus Besar Bahasa Indonesia
________, pragmatic, (online), (www.jurnallingua.com), diakses 2 Maret 2012
________, kaijian bahasa, (online), (http://guru-umarbakri.blogspot.com/200905/kajian-bahasa.html) , diakses 2 Maret 2012