Laman

29 Januari 2013

Mama, I Want to be A Time Traveller karya Ubhay Khan


Hari ini aku memulai hari seperti biasanya, kuliah. Kegiatan rutin yang benar-benar sangat membosankan bagiku. Yah, aku adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di salah satu kota metropolitan di sebuah Negara yang bernama Indonesia. Yah, Indonesia! Heran? Ahhh, jangan terkejut gitu donk, cius kok! Hahaha. Aku hanya ingin berbagi sedikit cerita tentang sebuah kejadian unik yang aku alami tadi, yah.. tadi pagi tepatnya. Seperti biasanya, pagi tadi aku terbangun pada pukul 7.00 pagi (baca : kesiangan “terus”). Sejenak aku pun termenung, terdiam dalam posisi terlentang. Nampak jelas semua kenangan ini terlintas dibenakku. Gambaran indah masa kecilku! Aku bingung untuk menyebutkan, apakah ini hanya sebuah fantasi dari sebuah kenangan indah? Atau ini adalah benar-benar imajinasi yang refleks muncul seketika, bahkan mungkin ini hanyalah ilusi rayuan setan. Aahhhh, apalah itu, aku tak mau pusing memikirkannya! Jelasnya, aku hanya ingin menikmati indahnya fenomena ini, sebuah gambaran tentang masa lalu. Aku serasa menjadi seorang time traveler, menjelajahi waktu kembali ke masa lalu. Sebuah cita-cita yang ingin ku wujudkan suatu hari nanti, setelah aku terbebas dari jeratan logika kaku yang memaksaku untuk menjalani hidup sebagai seorang mahasiswa sejak tahun 2010 sampai saat ini (baca : 2012) hehehe.
Baiklah, kita mulai kisahnya! Cahaya yang masuk ke kornea mata ku perlahan-lahan mulai meredup. Bayangan-bayangan tentang cerita indah masa kecilku muncul seketika. Sat sat sat!!! berjuta gambaran itu benar-benar membuatku pusing bukan kepalang. Tak hanya gambar yang ku lihat, tetapi juga suara yang keras terdengar hebat saling bersahutan dan bahkan aku tidak bias mendengarnya secara jelas. Begitu juga dengan gambar-gambar yang muncul itu semakin kacau dan nampak berantakan. Hingga aku merasa, saat ini aku berada di sebuah tempat yang gelap dan sunyi. Dingin sekali, sungguh menenangkan hati. Tetapi aku juga merasa gugup karena kesendirianku ini.
Dalam kesendirian itu aku menyaksikan munculnya cahaya putih nun jauh disana. Cahaya putih itu hanya sekecil biji kacang hijau. Namun lama-lama kelamaan cahaya putih itu makin membesar dan mendekat pada ku. Aku menoleh kebelakang, aku melihat kegelapan yang pekat. Aku merasa takut akan kegelapan itu, aku pun menoleh ke cahaya putih tadi, aku merasa senang bahwa kegelapan akan segera sirna dari tempat ku dengan adanya cahaya putih tadi. Benar saja, tak lama kemudian cahaya putih itu ‘menerkam’ kesendirianku. Cahaya yang sungguh menyilaukan mata! Aneh sekali, cahaya ini sekarang malah menggantikan gelap hitam yang aku rasakan saat pertama kali aku berada disini.
Aku merasa takut kembali, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Mungkinkah aku sekarang sudah mati? Tapi, mengapa aku sendirian? Kemana malaikat pencabut nyawa? Kok aku tidak merasakan sakitnya mati? “Wah, jangan-jangan aku ini adalah calon penghuni syurga“ pikir ku sambil tersenyum. Aku pun menantikan saat-saat yang menegangkan. Saat itu aku pikir bahwa aku akan dikirim ke surga dan ini adalah cara Tuhan menjemput hambaNya. Aku kembali merasa senang bukan kepalang dan benar saja, tiba-tiba aku merasa ruang tempat aku berada berubah menjadi warna merah muda. Tempat ini tiba-tiba dipenuhi asap berwarna putih kemerahmudaan lalu aku merasa seperti kehilangan tempat berpijak. Aku terjatuh, tapi anehnya aku tidak sampai ke lantai. Lama sekali, aku kembali merasa takut, hatiku berkata “ya Tuhan, mungkinkah aku akan jatuh ke nnnnnnnne…?”. Pertanyaanku belum selesai tapi tiba-tiba aku merasa aku bisa mengendalikan tubuhku, kini aku merasa bisa terbang. Senang sekali rasanya! Tapi sayangnya, aku kembali dikejutkan dengan kejadian aneh, aku merasa tertiup angina dan terlempar. “baaaarrrrrrrrrrrrr!!!!! @@@@@tong!@@@@@”
Aku pingsan, tak sadarkan diri untuk beberapa saat. Aku merasa sakit yang sangat dan aku merasakan ketakutan yang sangat juga. Aku pun memberanikan diri untuk membuka mata, perlahan tapi pasti aku membuka mata! Dan……. “mengapa aku disini? Ini kan? Aduhhh” Aku masih merasa kesakitan, ditambah aku dibingungkan dengan keadaan yang baru saja aku alami. Dalam hatiku, aku bertanya “ini kan masa lalu ku?” Aku melihat mama menggendong aku yang masih kecil di depan halaman rumahku. Aku yang masih kecil itu terlihat sedang menangis, dari celotehannya, aku mendengar bahwa aku yang digendong mama itu meminta dibelikan es krim. Aku yang masih kecil itu menangis, meraung bahkan memukul-mukul mama yang sedang menggendongku itu. Aku penasaran dengan kejadian ini, dibalik kebingunganku yang heran mengapa aku bisa sampai disini. Aku juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan menyaksikan langsung aku yang keadaan aku yang masih kecil saat aku sudah dewasa seperti saat ini.
Aku mendekati mereka dengan perlahan. “ah, pasti mereka tak melihatku!” pikirku. Ternyata dugaanku salah, “siapa ya? Ada apa? Maaf ya sebentar, anak saya lagi rewel. Pasti mau cari bapak ya?” mama memberikan pertanyaan yang membuatku bingung untuk menjawabnya. ”oh, maaf bu. Saya Cuma kebetulan lewat depan rumah ibu, dan melihat anak ibu nangis jadi saya pikir ada apa” jawabku ringkas, sambil tersenyum. “oh, tidak apa-apa dek” mama menjawab dengan senyum manisnya. “baiklah bu saya permisi! Lantas aku meninggalkan mama dan diriku yang masih kecil itu. Aku memperhatikan mereka dari jauh. Sungguh besar kasih sayang seorang ibu yang rela dipukul anaknya sendiri yang ngubek minta dibelikan es krim. Tapi nampaknya mama tau kalau aku mudah alergi sama es makanya ia tidak membelikanku es krim saat itu karena takut saya batuk. ‘’Semuanya demi aku!” tak terasa air mataku menetes saat aku mengucapkan kata-kata itu. Sejenak aku terpejam dan . . . ‘ssuuuuuuuiiiiiiiiiinnnnnnnnnngggggggggggggggg!!!!!’ Angin seakan meniup tubuhku dan aku merasakan kefanaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Sang angin ternyata mengantarkanku kesebuah tempat yang tak ku kenal. Kali ini aku terjatuh di sebuah pohon, di dekat sebuah gedung tinggi. Walaupun ada rasa sakit akibat terkena ranting pohon yang tajam tapi rasa sakit itu terkalahkan dengan rasa penasaranku melihat sebuah gedung tinggi didepanku yang pada pintu masuknya terdapat banner foto seseorang yang mirip denganku dan anehnya bernama sama dengan namaku. Tak lama kemudian, keluarlah seseorang yang ada di foto itu dari gedung itu bersama seorang wanita cantik berambut coklat, berkulit putih berhidung mancung dan seorang anak kecil yang manis. Mereka berdiri di pintu masuk gedung itu dan tak lama kemudian muncullah sebuah mobil mewah yang berhenti tepat didekat mereka. Sang sopir langsung keluar dari mobil hendak membukakan pintu bagi mereka. Namun, tiba-tiba pria itu menatap ke arahku!
 Ia memperhatikanku dengan seksama, lalu sedikit berbincang dengan wanita cantik itu dan mencium kening anak manis yang mungkin adalah anaknya. Kemudian ia mendekatiku, memperhatikanku dengan seksama. Ia menatapkan dengan tajam seperti seseorang yang sedang meledak-ledak emosi kemarahannya lalu tiba-tiba ia tersenyum sambil membuka kacamatanya dan berkata : “ You don’t need to know who am I and how can I know you! You just need to learn how could you at here right now, okay!” ia berkata padaku dengan kata-kata Inggris yang tak ku pahami apakah tenses-nya benar atau tidak. Tetapi, aku dapat menangkap maksud dari perkataannya. Lalu ia berbalik arah menuju tempat mobilnya tadi, sambil berjalan ia berkata “Turutilah selalu apa mau nya mama!” Aku terdiam tak mengerti apa maksudnya mengatakan seperti itu.
Ketika aku ingin memanggilnya. Kepalaku terasa pusing kembali, muncul lagi bayangan dan suara-suara aneh di kepalaku. Tiba-tiba, semuanya menjadi ruang yang berwarna merah muda dan aku merasa terbang ke atas hingga aku tiba di sebuah ruangan yang berwarna putih bercahaya. Aku duduk disitu dan kembali tersadar bahwa aku tadi berada disini dan hatiku bertanya apa yang telah terjadi kepadaku? Dalam kebingunganku, aku mendengar dengingan suara yang memekakkan telinga dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Muncul lagi bayangan-bayangan tentang kenangan indah masa lalu dan kini malah ditambah munculnya bayangan-bayangan tentang sebuah kota yang megah dan futuristic. Perlahan-lahan bayangan itu menghilang dan aku mulai merasakan masuknya cahaya ke korne mataku hingga aku pun bisa melihat bahwa saat ini diriku sedang terbaring di kamarku. Dan tiba-tiba . . . Byyyyyyyyyyyyuuuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrrrr!!!
Mamaku menyiramkan air ke badanku. “Hoyyy,,, bangunglah.. sudah pagi!! Siap-siaplah ke Kampus, kuliah.. sarapan!! Mandilah!!! Papamu sudah pegi ngajar, kalo mau ke kampus, naik angkot aja! ” mamaku menggerutu melihat aku yang masih bermalas-malasan. Lalu ia sambil berlalu pergi ia berkata lagi : “sholat shubuh udah gag pernah, sekali sekali lah bangun pagi, jangan Cuma bulan puasa doank bangun pagi nya!” Aku tersenyum mendengar gerutu-an nya mama. Dan, aahhh… apa yang baru saja terjadi pada diriku tadi? Sudahlah.. sepertinya benar juga kata orang itu tadi, aku harus nurut apa kata mama! Semangat kuliah untuk mama, walau harus naik angkot! Hahaha kan belum tau, apa yang selama ini aku inginkan akan tercapai. “I want to be a Time Traveler!!!”
 Selesai